How Much People Look my Blog :-3

'bout me :3

Nyu :3

"fiechan", so my friends call fie. Fie was female, age 16 y.o this October 17y.o, 2nd senior high school class, I like writing , drawing, and singing. Fie always think everyone is fie's friend. either is from Real or virtual ... oo this is a special blog about my works/story or my thoughts... hope you colud feel comfortable : D
En don't forget to leave commont, eh xD comment i mean

arigato Minna ~ (/^0^)/
Ai Lope Yuu :*

Jumat, 15 April 2011

Bloods behind ‘Gomaisme’ ( Part III )

Suara derap sepatu terdengar kencang diikuti dengan deruh nafas Hosina yang kian menggebu. Setiap orang yang dilewatinya memasang mimik muka bingung. Ditengah jalan, Hosina memelankan laju langkahnya. Dia lupa bahwa tadi dia sedang tidak berada disekolah, tetapi disuatu tempat yang diapun tidak tahu dimana letaknya. Dan tidak ada satu beluk dari jalan itu yang dia kenali. “Dimana ini? Dimana jalan rumahku? Oh tidak!”, batinnya gelisah. Hosina segera berbalik, dan sebuah motor besar hampir saja menabraknya kalau saja dia tidak meloncat kepinggir. Begitu mengetahui siapa yang ada diatas motor itu Hosina segera bangkit, berbalik, dan berlari dengan kaki yang sedikit terkilir. Namun kiranya usahanya itu sia-sia ketika sebuah tangan mencengkram lengannya erat.

“ Lepaskan !! ”, jerit Hosina.

“ Bodoh !, mau cari mati ya !? ”, bentak seorang laki-laki berkenakan seragam yang sama seperti yang dikenakan Hosina.

“ Hyuga !!!, sudah kubilang aku ingin pergi !, aku belum mau mati ! ”, rontaan Hosina semakin kuat, tapi sebesar apapun dia meronta, tenaga Hyuga jauh lebih kuat darinya.

“ Baik ! , biar aku antar !, kemana !? ”, ucap Hyuga dengan nada sedikit mengeras dari sebelumnya sambil mencengkram lengan Hosina kuat.

“ Pulaang !!!, biarkan aku pulang sendiri ! Aku nggak butuh bantuanmu ! ”, bentak Hosina dengan badan gemetar ia semakin meronta. Dia takut dengan murid-murid sekelasnya, dia takut mati, dan yang pasti, dia juga takut dengan Hyuga salah satunya.

            Hyuga merengut sedikit dengan tatapan menyeramkan, lalu tanpa pikir panjang dia mengangkat Hosina dipundaknya yang terkaget-kaget kemudian kembali meronta.

“ Apa yang mau kamu lakukan !!?, Turunkan akuu ! ”. suara jeritan yang memekakan telinga itu sama sekali dihiraukan Hyuga, bahkan tatapan beberapa orang yang mengiranya dia penculik atau kejadian pemaksaan sama sekali tidak dia pedulikan.

“Cepat Naik !”, Hyuga melemparkan Hosina sampai terduduk diatas Motor Besarnya. Dan sebelum Hosina bergegas Lari, dia menarik tangannya dan mencengkramnya dengan tangan kiri, sebelum dia menjalankan motor dan berjalan ngebut sehingga Hosina mau tak mau berpegangan erat padanya. ‘apa-apaan sih cowok ini! Kenapa sikapnya aneh seperti ini?. Ah, atau jangan-jangan semua yang diucapkannya itu bohong? Tapi kalau memang itu semua bohong, kenapa badanku penuh dengan cakaran seperti ini?’, pikiran itulah yang berputar-putar dibenak Hosina sambil memejamkan mata dengan takut.

 

^w^     ^w^    ^w^   

 

“Kita sudah sampai”, suara itu membuat mata Hosina terbuka, lalu melihat kearah rumah didekatnya. Ya itu benar rumah Hosina, tapi bagaimana Hyuga bisa tahu tempat tinggalnya?. Padahal dia belum mengucapkan sepatah katapun tentang alamat rumahnya.

“Bagaimana kau bisa…Ah!”, Hosina segera teringat dengan keinginannya untuk segera mengajak ayahnya pergi. Sesegera mungkin dia turun lalu berlari kedalam rumah, sedangkan Hyuga hanya menatap rumah itu dengan tatapan mata seolah berfikir.

“Ayah !! Ayaah!! Ayah dimana?, Ayaah !!”, seru Hosina sambil berlari menelusuri rumahnya, lalu dia langsung tersenyum lega ketika melihat ayahnya sendang duduk disofa dan menonton TV.

“Ayah! Ayo kita segera per…..”, ucapan Hosina terhenti, suaranya tertahan, kerongkongannya kering, matanya membulat, sepersekian detik kemudian dia terdiam dan tak bisa berfikir sedikitpun. Kemudian perlahan iya mendekati ayahnya.

 

            Air mata Hosina seolah tidak dapat dibendung lagi, melihat ayahnya terbujur kaku disofa. Matanya terbelalak, mulutnya terbuka, urat-uratnya menonjol dari dalam kulit seakan ingin keluar, dan darah segar bercucuran dari lehernya, mengalir terus hingga membasahi lantai.

“ A…y…a…h…”, lutut Hosina terasa sangat lemas seketika, iapun terduduk dilantai. Dengan ekspresi kaget air matanya bercucuran, ia tak bisa menerima keadaan yang ada.

‘Dulu ibu yang meninggaliku, sekarang ayah, lalu… siapa lagi yang kupunya?, siapa?’, pikirnya.

“ Ternyata benar, Iblis-iblis itu sudah datang kesini sebelumnya. Pantas saja tercium hawa mereka…”, suara itu terdengar bersamaan dengan langkah Hyuga dari depan ruangan dan melangkah masuk.

“…”, Hosina menoleh lalu menatap Hyuga sekian detik dengan tatapan tajam.

“…Iblis…?, iblis katamu?”, matanya langsung menyiratkan kemarahan yang sangat besar, lalu dia bangkit dan sepersekian detik kemudian tangannya menampar pipi Hyuga dengan sangat kencang.

“ Kau Itu Juga Iblis !! Sadar !! Apa Bedanya Kamu Dengan Teman-temanmu Itu !?, Apa !!?, Kalian Satu Spesies, BUSUK!! KEJI!! PEMBUNUH!!”, bentakan-bentakan kasar itu terlontar begitu saja dari mulut Hosina seraya tangannya memukul-mukuli dada Hyuga. Sebenarnya dia tahu,  Hyuga tidak sekeji itu, kalau saja waktu itu Hyuga tidak menolongnya, mungkin dirinyalah yang akan mati. Tapi kebencian dan rasa sedih sudah bercampur aduk dalam batinnya.

“Tenang ! , Diam Dulu !”, Hyuga mencoba untuk menenangkan Hosina, tapi gadis itu malah memperkencang amukkanya.

“ Tenang!, kita harus pergi dulu dari sini! Sebelum mereka mencium baumu!”, katanya lagi sambil berusaha melindungi dirinya dari pukulan tangan Hosina yang tidak bisa dibilang Tidak Sakit.

“ Biar!!  Mati saja aku!! Aku Sudah Tidak Punya Siapa-Siapa lagi! Aku sudah… sudahh…”, sayup semayup tatapan Hosina memudar, tenaganya juga perlahan hilang, dan tak lama kemudian, segalanya menjadi buyar…Gelap.

 

^w^     ^w^    ^w^   

 

“Ayah… Ayah… Hiks…”, Hosina menangis diatas kursi. ‘ayah sudah tiada, ibu juga tiada, sekarang Hosina sendirian… Kenapa Hosina harus mengalami nasib seperti ini? Apa salah Hosina?  Semua Ini berawal sejak Hosina masuk kesekolah itu, kelas itu, dan  bertemu dengan para Gomaisme itu…’

“Hosina…”, sebuah suara lembut membuatnya menoleh. Dan seketika matanya membulat, terlihat genangan air membasahi kedua bola matanya. ‘itu… itu…’

“A… Ayah !?”, serunya kaget.

‘Tapi… Tapi… bukannya ayah sudah…”, sebelum Hosina menyelesaikan kalimatnya, ayahnya memeluknya, sangat erat.

“ Ssst… ya, ini ayah sayang, sudah jangan menangis, nanti kalau menangis anak ayah bisa cepet tua”, candanya sambil mengusap-usap kepala Hosina, lalu melepas dekapannya.

“Ja…jadi ayah belum meninggal ?”, mata hosina terbelalak, lalu seketika bibirnya melengkung tersenyum lebar.

“ Ayah belum meninggal kan ?? itu semua hanya mimpikan ??”, pertanyaan itu terlontar dengan cepat dari mulut Hosina, dan ayahnya hanya tersenyum tipis.

“ Hosina…”, ayah Hosina membelai kepala anaknya itu dengan lembut.

“ Jangan takut ya nak, Hadapi saja dengan kuat, dan percaya kami akan selalu melindungimu”, ucapnya diiringi dengan senyuman hangat.

“ A…ayah ini ngomong apasih, kita kan”

“Ssst”, ayah Hosina menempelkan jari telunjuknya dibibir mungil Hosina.

“ Kamu kuat sayang, kamu kuat… kamu pasti mampu menyelesaikan masalah ini… kamukan anak ayah yang kuat”, katanya kemudian mencium kening Hosina.

“ apasih maksud ayah, ki… kitakan”,air mata mulai menetes kembali dari kedua bola matanya, dan jari ayahnya segera menghapusnya.

“Ssst, Hosina adalah anak papa yang kuat, yang nggak mudah nangis dan menyerah, dan nggak cengeng seperti ini,hehehe…” tawa ayah Hosina disela perkataanya.

“A…yahh… hiks…”, Hosina langsung memeluk ayahnya erat. ‘Katakana ini bukan sekedar mimpi! Katakan!!’

“ oh iya sayang, ada satu hal lagi yang ingin ayah sampaikan, ini mengenai ibumu…”, ucapan ayahnya itu membuat Kepala Hosina terangkat dan menatap kedua bola mata ayahnya itu dalam-dalam.

“I…bu ?”

“Ya, ini tentang ibumu… sebenarnya ibumu itu…”

 

- ZLEP! -

 

Mata Hosina terbuka., wajahnya memucat, deru nafasnya tak teratur. Dalam posisi wajah diam dia menggerak-gerakkan bola matanya kesekeliling.

“tadi itu mimpi ya?”, keluhnya sambil mengusap keringat diwajahnya. Kemudian dengan ekspresi kaget dia bangkit dari posisi tidurnya hingga terduduk, lalu melihat keseliling. Lagi-lagi kamar yang tak pernah ia lihat sebelumnya, namun kali ini kamar ini terlihat lebih terawat dan tertata rapih dibanding tempat dia bangun sebelumnya.

‘ini pasti ulah Hyuga, pasti Hyuga yang membawaku kesini!’, pikirnya sambil bangkit dari kasur yang baru dia sadari terlihat mewah. Benar ternyata, ruangan ini begitu luas dan megah, seperti kamar-kamar bangsawan pada umumnya. ‘Lalu, kamar siapa ini?, apa ini kamar Hyuga?’, perkiraan itu sempat muncul dipikiran Hosina, lalu dia melihat sebuah meja Rias berwarna Pink, dan begitu banyak boneka-boneka lucu diatasnya, ‘tidak, tidak mungkin ini kamarnya’ pikirnya sambil menggeleng-gelengkan kepala.

“ Kau sudah bangun ? ”, tiba-tiba sebuah suara terdengar tak jauh dibelakangnya.

“ Hyuga !?” , tanpa pikir panjang Hosina menoleh, namun bukan sosok Hyugalah yang dilihatnya, tetapi sesosok anak kecil berwajah sangat manis dan bermata kebiruan, dia memegang sebuah boneka kucing berwarna hitam. Anak itu menatap Hosina sinis.

“Siapa kamu?, dimana aku?”, katanya panik. ‘jangan-jangan dia ini salah satu Gomaisme yang jahat, lalu kenapa aku bisa berada bersamanya?, dimana Hyuga !?’ jeritnya dalam hati.

“ Ho, ternyata kamu mau tau juga siapa aku?”, katanya sambil tersenyum sinis.

“ Aku majikanmu, kamu Makananku, Jelas ?”, katanya dengan nada dingin.

“Ma… makanan ?”, suara Hosina terlihat sumbang, badanya gemetaran, tak sedikit peluh yang menetes didahinya.

“ Ya, makanan, sajian lezat”, mata Hosina melotot melihat kuku-kuku besar dan runcing keluar menonjol dari sarung tangan hitam yang dikenakan anak itu, dan matanya berubah menjadi semerah darah, warna itu… warna itu seperti warna… ‘Hyuga?’

  ** SRAAK !

            Hosina terpental kebelakang yang untungnya ada kasur disana, anak itu sudah berada diatasnya, menatapnya tajam, sambil terkekeh. Terlihat kukunya yang tajam telah sukses membuat kasur itu berlubang membentuk sebuah bekas cakaran.

“ Jangan… Kumohon… Jangan!!!”, tanpa berani berkedip sedikitpun air mata Hosina bercucuran, dia takut, sangat takut. Dan ketakutan itu semakin menjadi – jadi ketika anak kecil itu tersenyum lebar, membiarkan kedua taringnya yang besar dan terlihat sangat menyeramkan terlihat sangat jelas dimata Hosina.

“ JANGAAAAN!!!!!”, jeritnya sekeras mungkin.

“ Chisako !! Hentikan !! Apa yang kamu Lakukan !!”, bentakan yang tiba-tiba terdengar membuat Hosina menggerakan matanya kekanan.

‘ Hyuga !!?’, matanya membulat melihat sesosok laki-laki berdiri didekat pintu.

 

‘ A… apa yang sebenarnya terjadi ?. Hyuga kenal dan anak ini !?, Siapa anak ini sebenarnya!?’

 

     ===================== To Be Continued ====================

           Chisako said, " your must be a delicious food, hosina "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Fie Chan Here~

Fie Chan Here~
Fie always here (reading a manga), please contact me whenever wou want. keyy ? :D