Hosina memerjapkan matanya beberapa kali sebelum terbuka lebar. Ditatapnya langit – langit kamarnya yang berwarna kebiruan sambil mencoba mengumpulkan energy agar dapat bangkit dan menuju kamar mandi. Setelah dia sudah 100% sadar, hosina langsung bergegas kekamar mandinya. Tapi sebelumnya tentu saja dia harus merapihkan tempat tidurnya terlebih dahulu.
Dengan langkah gontai dimasukinya ruangan kecil, tapi harum dan tertata rapih itu. Ditanggalkanya seluruh pakaian yang ia gunakan sebelum pada akhirnya dia masuki air hangat siap sedia yang dibelikan pamanya beberapa tahun yang lalu. Ditatapinya lagi langit – langit ruangan yang bernuansa laut. Berhiaskan lukisan – lukisan unik bergambar deru ombak disetiap sisi tembok. Tapi yang sekarang dia pikirkan bukanlah semua keindahan itu. Melainkan dia sedang berfikir dan mengimbang – imbangi apa saja yang akan terjadi nanti saat disekolah. Sekolah yang mewah, namun memiliki kelas dan murid yang agak aneh dan terkesan sangat tidak bersahabat. Apakah dia mampu bergaul dan menjadi salah satu diantara mereka semua?. Orang – orang bermata biru tua dan berwajah dingin maupun centil itu?.
Hosina langsung tersadar bahwa ini bukan waktu yan tepat untuk memikirkan hal itu. Dia harus segera bersiap kemudian menyiapkan sarapan untuknya dan untuk ayahnya. ‘ aku harus segera bersiap ’ batinya sebelum membersihkan tubuhnya dengan sabun dan busa.
^w^ ^w^ ^w^
Dengan jalan selangkah demi selangkah hosina melewati gang – gang perumahahanya. Dia hanya membawa sebuah buku tulis. Karena dia khawatir, jika dia membawa banyak buku tetapi tidak belajar sama sekali seperti kemarin. Itu malah menyusahkanya saja.
Sebuah mobil melaju cepat tepat disisi kananya. Hanya berjarak sekitar 5cm. Angin yang berhembus akibat laju itu, membuat debu – debu bertebaran. Hosina menyipitkan matanya, sebelum dia menyadari mobil itu sedang berhenti beberapa meter didepanya. Setelah beberapa detik kemudian melaju kembali dengan cepat.
Beberapa saat mobil itu berhenti, terlihat sesuatu yang sedikit bersinar didalamnya. Seseorang dengan mata merah darah mengkilat menatapnya beberapa saat yang lalu.
Mata itu, jangan – jangan……
Tetapi apakah mungkin…
^w^ ^w^ ^w^
“ Selamat pagi mikoto, ah… Hosina-chan “, sapa seseorang sebelum hosina menuju kearah pintu kelasnya. Hosinapun menoleh, menatap sosok yang menyapanya tadi. Tanaka, dengan setumpuk buku tebal yang senantiasa digenggamnya. Rambutnya yang pirang semakin bercahaya akibat efek sinar matahari pagi.
“ oh, selamat pagi juga Tanaka-san”, hosina membungkuk sopan. Tanaka langsung tertawa pelan.
“sudahlah… tidak usah seformal itu”, ucapnya.
“ oh… iya maaf, ah!”, hosina menutup mulutnya. Dia lupa, bahwa dulu tanaka pernah memperingatinya.
“ hahaa…, sudah tak apa… “, tanaka tersenyum.
“ mau kemana?”, lanjutnya.
“ kekelas”, jawab hosina pelan.
“ ohh… “ , tanaka tersiam sebentar.
“ kamu benar kelas satu tujuh?”, tanyanya kemudian.
“ be… benar”
“ memang kenapa Tanaka-san?” , Tanya hosina takut – takut. ‘ apakah dia pikir aku seorang yang bodoh, karena mendapatkan kelas terendah?. Oh tuhan…, semoga itu semua tidak benar… ‘ gumamnya dalam hati.
“ oh tidak… ummm… “
Entah mengapa sauna disana hening sejenak.
“ kamu kenal dengan Kaihoto Hyuga?”, tanyanya.
“ ah…” , hosina menerutkan alisnya. Bagaimana dia bisa tahu, dia saja belum dapat bergaul dengan siapapun dikelas itu.
“ yang ma……”,
Suara hosina terhenti ketika mendapati seseorang berbadan tinggi dan tegap berjalan kearah mereka berdiri. Rambutnya yang hitam keabu – abuan terlihat lebih rapih dibandingkan kemarin. Tanpa tas, dan hanya berhiaskan sebuah kalung salib hitam yang menggelantung dilehernya. Sepersekian detik ia menatap mata hosina tajam dengan bola mata merahnya, sebelum pada akhirnya dia lewat dan memasuki ruangan kelas.
“ yang itu”,
Hosina terlonjak.
“ hah, ia?”, tanyanya lagi.
“ yah… orang yang tadi itu maksud saya. Kaihoto Hyuga”, lanjut tanaka lagi.
“ ahh… iya, kalau yang itu saya kenal. Kenapa?”, hosina mengernyit penasaran .
“ ah… tidak kok”,
“ sudah, kamu masuk kekelas saja. Saya juga harus segera kembali kekelas”, tanaka tersenyum manis. “ sampai nanti”, pamitnya sebelum berlalu.
Setelah sosok itu menghilang, hosina menghela nafas panjang. Lalu dia berbalik, dan mulai melangkah kearah pintu kelasnya. Diputarnya gagang pintu itu perlahan, dan dibukanya.
“selamat pagi”, sapanya. Walaupun dia yakin tidak ada yang membalas sapaanya itu. Ternyata benar, semua anak hanya menatapnya. Tetapi kali ini mereka tidak seceria kemarin. Muka mereka lebih pucat, dan terkesan diam.
Hosina melangkah menuju bangkunya, seiring langkahnya semua mata disana menatapnya. Membuatnya kengerian sendiri.
Bodoh, kamu malah kembali lagi kesini…
Hosina menoleh, ‘ siapa itu?, sepertinya suara yang kemarin itu terdengar lagi ‘ batinya. Namun saat diliriknya Hyuga, cowok bermata merah itu. Hyuga tidak sedang menatapnya, melainkan membuka sebuah game milik temanya. Lalu siapa? Bukankah yang kemarin itu Hyuga?.
Bodoh, sana pergi sekarang juga!
Hosina menoleh kekanan.
Bodoh!
Ditolehnya kekiri.
Bodoh!
Hilang. Suara itu hilang setelah kalimat terakhir. Sebenarnya itu suara asli atau hanya imajinasi karena ketakutanya saat berada didalam ruangan ini?.
‘ yah, sudahlah. Mungkin hanya imajinasiku saja’ pikirnya, kemudian meletakan kepalanya diatas tumpuan kedua tanganya diatas meja. Memejamkan matanya, dan kemudian entah mengapa… terlelap…
^w^ ^w^ ^w^
Hosina membuka mata matanya perlahan, entah mengapa dia merasa ruangan itu penuh dengan nyamuk. Dan sungguh terbelalaknya, saat dia menyadari dirinya sudah tidak bertumpu diantara kedua tanganya, melainkan tertidur diatas sebuah kasur besar tapi terlihat kusam.
Secepat kilat hosina bangkit keposisi duduk. Kamar itu sangat luas tetapi terlihat suram. ‘Dimana aku sebenarnya?, mengapa aku bisa berada disini?’, itulah pertama kali yang tersirat dari pemikiranya. Disapu pandanganya disetiap seluk beluk ruangan itu. Dan jantungnya berdenyut seketika saat melihat sesosok makhluk jangkung yang bersender diantara 2 pintu, melipatkan tanganya didepan perut, dan menatap hosina tajam.
‘ Kaihoto Hyuga?! ‘
“ kee… kenapa aku bisa di… “,
“ Bodoh!!!”, bentakan itu membuat bibir hosina terkunci rapat. Dan bagai berjalan secepat kilat, sedetik kemudian mereka hanya berjarak beberapa meter. ‘ Sejak kapan dia melangkah kemari? ‘
“ kamu itu susah sekali diperingatkan!”, katanya kasar. Matanya semakin membulat. Terlihat jelas disana ada warna semerah darah. Tatapan itu bagai setan yang sedang haus darah.
“ a… aku tidak…”,
“ lihat badanmu!”, perintahnya membuat hosina menatap tubuhnya. Dan tubuhnya bergetar cepat saat dirinya menyadari disekitar kulitnya penuh dengan luka – luka dan goresan kecil. Seakan – akan kulitnya dicakar - cakari.
“ ke… kenapa aku bisa…”, suara hosina tak bisa keluar sepenuhnya. Rasa keterkejutanya mengalahkan segalanya.
“ itu perbuatan mereka. Mereka semua berebut hanya untuk mendapatkanmu.”, jelas Hyuga.
“ tapi, untuk apa?”, sekujur tubuh hosina menegang, keringat bercucuran melalui pelipisnya.
“ tentu saja untuk mendapatkan energi darimu”, Hyuga menatap mata hosina dengan serius.
Hosina mundur perlahan.
“ tidak mungkin, kamu bercanda…”, ucapnya dengan nada bergetar.
“ untuk apa aku bercanda?. Apakah aku terlihat seperti seseorang yang suka bercanda?”, desis Hyuga.
“ tapi… ka, kalau memang begitu… berarti kamu… “, hosina semakin menjauhkan tubuhnya. Dia sangat takut apa bila hyuga juga persis dengan apa yang diceritakanya tadi.
“ Tenang, aku bukan Gomaisme.”, Hyuga duduk disisi kasur, dilipat kembali tanganya diatas perut.
“ Gomaisme?”, hosina mengernyit.
“ ya, Gomaisme. Itu adalah sekumpulan iblis yang selalu berpindah tempat. Mereka sesalu mencari manusia untuk diambil darah dan diserap energinya agar menjaga komunitas mereka.”, jelas Hyuga.
“ tapi, kenapa harus aku?”, hosina gemetaran, yang dirasakanya sekarang adalah suatu rasa takut yang sangat besar.
“ karena kamulah yang terpilih”,
“ dan yang dipilih, kecil kemungkinan untuk melarikan diri”, kata – kata itu membuat air mata hosina sedikit menetes.
“ ke… kenapa… “
“ aku belum mau mati!!!”, hosina dengan refleks sesegera mungkin bangkit dan berlari keluar ruangan itu. Berlari sejauh mungkin. Dia harus sesegera pulang dan berbicara untuk pindah kepada ayahnya. Dia tidak ingin meninggalkan ayahnya, seperti ibunya meninggalkanya dulu. Bagaimanapun, ini semua tidak dapat ia terima. Tidak akan!.
“ Bodoh!, Jangan Pergi!!!”, teriak Hyuga sambil berlari keluar dari kamarnya. Tapi tidak dilihatnya perempuan itu.
“ Dasar cewek keras kepala. Menyusahkan !”, diacak rambutnya sekali, sebelum dia mengambil kunci motor dan berlari menyusul hosina.
Dengan langkah gontai dimasukinya ruangan kecil, tapi harum dan tertata rapih itu. Ditanggalkanya seluruh pakaian yang ia gunakan sebelum pada akhirnya dia masuki air hangat siap sedia yang dibelikan pamanya beberapa tahun yang lalu. Ditatapinya lagi langit – langit ruangan yang bernuansa laut. Berhiaskan lukisan – lukisan unik bergambar deru ombak disetiap sisi tembok. Tapi yang sekarang dia pikirkan bukanlah semua keindahan itu. Melainkan dia sedang berfikir dan mengimbang – imbangi apa saja yang akan terjadi nanti saat disekolah. Sekolah yang mewah, namun memiliki kelas dan murid yang agak aneh dan terkesan sangat tidak bersahabat. Apakah dia mampu bergaul dan menjadi salah satu diantara mereka semua?. Orang – orang bermata biru tua dan berwajah dingin maupun centil itu?.
Hosina langsung tersadar bahwa ini bukan waktu yan tepat untuk memikirkan hal itu. Dia harus segera bersiap kemudian menyiapkan sarapan untuknya dan untuk ayahnya. ‘ aku harus segera bersiap ’ batinya sebelum membersihkan tubuhnya dengan sabun dan busa.
^w^ ^w^ ^w^
Dengan jalan selangkah demi selangkah hosina melewati gang – gang perumahahanya. Dia hanya membawa sebuah buku tulis. Karena dia khawatir, jika dia membawa banyak buku tetapi tidak belajar sama sekali seperti kemarin. Itu malah menyusahkanya saja.
Sebuah mobil melaju cepat tepat disisi kananya. Hanya berjarak sekitar 5cm. Angin yang berhembus akibat laju itu, membuat debu – debu bertebaran. Hosina menyipitkan matanya, sebelum dia menyadari mobil itu sedang berhenti beberapa meter didepanya. Setelah beberapa detik kemudian melaju kembali dengan cepat.
Beberapa saat mobil itu berhenti, terlihat sesuatu yang sedikit bersinar didalamnya. Seseorang dengan mata merah darah mengkilat menatapnya beberapa saat yang lalu.
Mata itu, jangan – jangan……
Tetapi apakah mungkin…
^w^ ^w^ ^w^
“ Selamat pagi mikoto, ah… Hosina-chan “, sapa seseorang sebelum hosina menuju kearah pintu kelasnya. Hosinapun menoleh, menatap sosok yang menyapanya tadi. Tanaka, dengan setumpuk buku tebal yang senantiasa digenggamnya. Rambutnya yang pirang semakin bercahaya akibat efek sinar matahari pagi.
“ oh, selamat pagi juga Tanaka-san”, hosina membungkuk sopan. Tanaka langsung tertawa pelan.
“sudahlah… tidak usah seformal itu”, ucapnya.
“ oh… iya maaf, ah!”, hosina menutup mulutnya. Dia lupa, bahwa dulu tanaka pernah memperingatinya.
“ hahaa…, sudah tak apa… “, tanaka tersenyum.
“ mau kemana?”, lanjutnya.
“ kekelas”, jawab hosina pelan.
“ ohh… “ , tanaka tersiam sebentar.
“ kamu benar kelas satu tujuh?”, tanyanya kemudian.
“ be… benar”
“ memang kenapa Tanaka-san?” , Tanya hosina takut – takut. ‘ apakah dia pikir aku seorang yang bodoh, karena mendapatkan kelas terendah?. Oh tuhan…, semoga itu semua tidak benar… ‘ gumamnya dalam hati.
“ oh tidak… ummm… “
Entah mengapa sauna disana hening sejenak.
“ kamu kenal dengan Kaihoto Hyuga?”, tanyanya.
“ ah…” , hosina menerutkan alisnya. Bagaimana dia bisa tahu, dia saja belum dapat bergaul dengan siapapun dikelas itu.
“ yang ma……”,
Suara hosina terhenti ketika mendapati seseorang berbadan tinggi dan tegap berjalan kearah mereka berdiri. Rambutnya yang hitam keabu – abuan terlihat lebih rapih dibandingkan kemarin. Tanpa tas, dan hanya berhiaskan sebuah kalung salib hitam yang menggelantung dilehernya. Sepersekian detik ia menatap mata hosina tajam dengan bola mata merahnya, sebelum pada akhirnya dia lewat dan memasuki ruangan kelas.
“ yang itu”,
Hosina terlonjak.
“ hah, ia?”, tanyanya lagi.
“ yah… orang yang tadi itu maksud saya. Kaihoto Hyuga”, lanjut tanaka lagi.
“ ahh… iya, kalau yang itu saya kenal. Kenapa?”, hosina mengernyit penasaran .
“ ah… tidak kok”,
“ sudah, kamu masuk kekelas saja. Saya juga harus segera kembali kekelas”, tanaka tersenyum manis. “ sampai nanti”, pamitnya sebelum berlalu.
Setelah sosok itu menghilang, hosina menghela nafas panjang. Lalu dia berbalik, dan mulai melangkah kearah pintu kelasnya. Diputarnya gagang pintu itu perlahan, dan dibukanya.
“selamat pagi”, sapanya. Walaupun dia yakin tidak ada yang membalas sapaanya itu. Ternyata benar, semua anak hanya menatapnya. Tetapi kali ini mereka tidak seceria kemarin. Muka mereka lebih pucat, dan terkesan diam.
Hosina melangkah menuju bangkunya, seiring langkahnya semua mata disana menatapnya. Membuatnya kengerian sendiri.
Bodoh, kamu malah kembali lagi kesini…
Hosina menoleh, ‘ siapa itu?, sepertinya suara yang kemarin itu terdengar lagi ‘ batinya. Namun saat diliriknya Hyuga, cowok bermata merah itu. Hyuga tidak sedang menatapnya, melainkan membuka sebuah game milik temanya. Lalu siapa? Bukankah yang kemarin itu Hyuga?.
Bodoh, sana pergi sekarang juga!
Hosina menoleh kekanan.
Bodoh!
Ditolehnya kekiri.
Bodoh!
Hilang. Suara itu hilang setelah kalimat terakhir. Sebenarnya itu suara asli atau hanya imajinasi karena ketakutanya saat berada didalam ruangan ini?.
‘ yah, sudahlah. Mungkin hanya imajinasiku saja’ pikirnya, kemudian meletakan kepalanya diatas tumpuan kedua tanganya diatas meja. Memejamkan matanya, dan kemudian entah mengapa… terlelap…
^w^ ^w^ ^w^
Hosina membuka mata matanya perlahan, entah mengapa dia merasa ruangan itu penuh dengan nyamuk. Dan sungguh terbelalaknya, saat dia menyadari dirinya sudah tidak bertumpu diantara kedua tanganya, melainkan tertidur diatas sebuah kasur besar tapi terlihat kusam.
Secepat kilat hosina bangkit keposisi duduk. Kamar itu sangat luas tetapi terlihat suram. ‘Dimana aku sebenarnya?, mengapa aku bisa berada disini?’, itulah pertama kali yang tersirat dari pemikiranya. Disapu pandanganya disetiap seluk beluk ruangan itu. Dan jantungnya berdenyut seketika saat melihat sesosok makhluk jangkung yang bersender diantara 2 pintu, melipatkan tanganya didepan perut, dan menatap hosina tajam.
‘ Kaihoto Hyuga?! ‘
“ kee… kenapa aku bisa di… “,
“ Bodoh!!!”, bentakan itu membuat bibir hosina terkunci rapat. Dan bagai berjalan secepat kilat, sedetik kemudian mereka hanya berjarak beberapa meter. ‘ Sejak kapan dia melangkah kemari? ‘
“ kamu itu susah sekali diperingatkan!”, katanya kasar. Matanya semakin membulat. Terlihat jelas disana ada warna semerah darah. Tatapan itu bagai setan yang sedang haus darah.
“ a… aku tidak…”,
“ lihat badanmu!”, perintahnya membuat hosina menatap tubuhnya. Dan tubuhnya bergetar cepat saat dirinya menyadari disekitar kulitnya penuh dengan luka – luka dan goresan kecil. Seakan – akan kulitnya dicakar - cakari.
“ ke… kenapa aku bisa…”, suara hosina tak bisa keluar sepenuhnya. Rasa keterkejutanya mengalahkan segalanya.
“ itu perbuatan mereka. Mereka semua berebut hanya untuk mendapatkanmu.”, jelas Hyuga.
“ tapi, untuk apa?”, sekujur tubuh hosina menegang, keringat bercucuran melalui pelipisnya.
“ tentu saja untuk mendapatkan energi darimu”, Hyuga menatap mata hosina dengan serius.
Hosina mundur perlahan.
“ tidak mungkin, kamu bercanda…”, ucapnya dengan nada bergetar.
“ untuk apa aku bercanda?. Apakah aku terlihat seperti seseorang yang suka bercanda?”, desis Hyuga.
“ tapi… ka, kalau memang begitu… berarti kamu… “, hosina semakin menjauhkan tubuhnya. Dia sangat takut apa bila hyuga juga persis dengan apa yang diceritakanya tadi.
“ Tenang, aku bukan Gomaisme.”, Hyuga duduk disisi kasur, dilipat kembali tanganya diatas perut.
“ Gomaisme?”, hosina mengernyit.
“ ya, Gomaisme. Itu adalah sekumpulan iblis yang selalu berpindah tempat. Mereka sesalu mencari manusia untuk diambil darah dan diserap energinya agar menjaga komunitas mereka.”, jelas Hyuga.
“ tapi, kenapa harus aku?”, hosina gemetaran, yang dirasakanya sekarang adalah suatu rasa takut yang sangat besar.
“ karena kamulah yang terpilih”,
“ dan yang dipilih, kecil kemungkinan untuk melarikan diri”, kata – kata itu membuat air mata hosina sedikit menetes.
“ ke… kenapa… “
“ aku belum mau mati!!!”, hosina dengan refleks sesegera mungkin bangkit dan berlari keluar ruangan itu. Berlari sejauh mungkin. Dia harus sesegera pulang dan berbicara untuk pindah kepada ayahnya. Dia tidak ingin meninggalkan ayahnya, seperti ibunya meninggalkanya dulu. Bagaimanapun, ini semua tidak dapat ia terima. Tidak akan!.
“ Bodoh!, Jangan Pergi!!!”, teriak Hyuga sambil berlari keluar dari kamarnya. Tapi tidak dilihatnya perempuan itu.
“ Dasar cewek keras kepala. Menyusahkan !”, diacak rambutnya sekali, sebelum dia mengambil kunci motor dan berlari menyusul hosina.
======================== To Be Continued ===================
Hosina said, " I don't want to die ! "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar