How Much People Look my Blog :-3

'bout me :3

Nyu :3

"fiechan", so my friends call fie. Fie was female, age 16 y.o this October 17y.o, 2nd senior high school class, I like writing , drawing, and singing. Fie always think everyone is fie's friend. either is from Real or virtual ... oo this is a special blog about my works/story or my thoughts... hope you colud feel comfortable : D
En don't forget to leave commont, eh xD comment i mean

arigato Minna ~ (/^0^)/
Ai Lope Yuu :*

Jumat, 15 April 2011

Bloods behind ‘Gomaisme’ ( part 1 )



           Muka yang mengkerut mulai sudah tertampang pada raut wajah hosina. Setelah lelah berlari dari rumah kesekolah ini, dia malah mendapatkan kelas terbawah yaitu X-7. Padahal liburan kali inipun dia pergunakan setiap detiknya dengan belajar, belajar, dan belajar. Yah, walaupun hasilnya ternyata begini – begini juga.

        Hosina menghela nafas sekali lagi saat benar – benar mendapati namanya di peringkat 198 dari 200 siswa !. Tapi baginya, masuk kesekolah terfavorit ini sajapun sudah cukup. Dengan membayangkan, kelas terendahnya yang juga termaksud dalam kelas yang efisien dan terhormat. ‘ Heheheee… ‘, tawanya tipis.

           Namun anehnya, setelah berkali – kali berkeliling dia tidak menemukan dimana kelasnya berada. Butiran keringatpun sudah menetes didahinya. Rambut lurus yang tadi sudah ditata rapih kini sudah bergelombang kesana kemari. Hoshina berhenti sejenak untuk mengelap butiran keringatnya dengan tangan sambil mengatur nafas.
oh tuhan… bagaimana ini?, aku sudah terlambat dihari pertama’, keluhnya dalam hati, sambil melemparkan pandangan kesetiap arah. Gerakan wajahnya terhenti saat melihat sesosok guru berbadan tegap tengah berjalan lurus sambil membawa beberapa buku yang menurutnya lumayan tebal. Hosina segera mendekatinya dan membungkuk hormat.
“ maaf pak, apakah anda tahu dimana kelas satu tujuh?”, tanyanya sopan.
“ memangnya ada apa, apakah kamu terlambat datang?”, Tanya guru itu sambil menatap penuh curiga.
“ oh, tidak pak… sebenarnya saya sudah datang sejak tadi. Namun karena saya angkatan baru disini dan suasana disinipun masih terlihat asing dimata saya, jadi saya agak sedikit bingung dan tersesat”, jelasnya jujur.
“ tersesat? “ , guru itu mengerutkan alisnya.
“ maafkan saya pak “, hosina menunduk dalam.
“ oh, baiklah… kelas kamu dibelakang sana”, kata guru itu pada akhirnya sambil menunjuk suatu arah yang tak jauh dari sana. Namun tempatnya agak terpencil.
“ terimakasih pak, dan maafkan saya”, hosina membungkuk untuk yang kesekian kalinya sebelum dia berlari kencang kearah kelasnya. Rambutnya kini sudah terlihat kacau dan berantakan. Namun dia tak peduli akan hal itu dan terus berlari.

                  Sebuah pintu hitam nan besar terlihat diantara tembok berwarna putih dan bersih tanpa ada coretan sedikitpun. Dengan cepat hosina merapihkan rambut dengan jemarinya yang lentik dan panjang. Sebelum dia memberanikan diri meraih gagang pintu dan masuk kedalamnya. Namun yang terjadi setelah itu adalah bola matanya yang kebiruan membulat, menatap seluruh ruangan kelas itu berantakan. Meja dan kursi tergeletak dimana saja dan terlihat sangat tidak rapih. Belum lagi muridnya, duduk diatas meja, bermain petasan, dan lain sebagainya yang membuat hosina semakin tercengang.

Ekspresinya yang tidak berkutik membuat beberapa mata mulai memandangnya. Dan tak lama kemudian sebuah bola berwarna hitam dengan sukses menghantam pipi kirinya sehingga terasa nyeri.
“ siapa !?”, dengan pandangan agak kesal hosina mencari pelaku pelempar bola tadi. Pipinya terasa panas, dan dielusnya berkali – kali yang malah membuat semakin panas.
“ apakah yang tadi itu terasa sakit?”, Tanya seseorang wanita beramput panjang bergelombang dan menggenakan seragam sexy sambil menatap pipi hosina yang mulai memar.
“ tentu saja, bagimanapun terasa sakit!” , jawabnya sedikit tegas. Tapi entah mengapa ruangan kelas itu justru semakin sunyi dari yang sebelumnya, dan semua mata menatapnya dari atas hingga bawah.

Sebenarnya ada apa dengan semua ini?
Keadaan ini beda jauh dari yang kubayangkan sebelumnya
… ‘

^w^ ^w^ ^w^

Ada yang aneh disini…'

Itulah kata yang sering tersirat dalam benak hosina. Gadis berbadan kecil itu kini tengah bersender diantara kursi – kursi usang dan rapuh namun masih cukup layak untuk diduduki. Sudah berkisar tiga jam disini, namun belum ada seorang gurupun yang tampak. Dan yang lebih anehnya lagi murid disini terlihat seperti kenal sejak lama. Padahal mereka semua juga murid baru yang sama sepertinya.

Hosina menoleh kesamping, terlihat segerombol lelaki berkumpul diantara kursi dan meja. Menertawakan sesuatu yang menurutnya sama sekali tidak lucu. kemudian matanya menangkap sesosok lelaki yang menjadi pusat antara keramaian itu. Wajahnya dingin dan tatapanya kosong. Wajahnya menunduk menatap jari-jari kakinya yang muncul dibalik sepatu berlobang yang dipakainya. Rambutnya yang hitam keabu-abuan terlihat berantakan kesana-kemari. Pandanganya Seakan – akan mengatakan dia tidak peduli dengan apa yang dibicarakan teman – temanya. Dan seakan dia sadar sedang diperhatikan, dia menoleh dan menatap tajam mata hosina. Bola matanya yang kemerahan dan tajam itu mebuat tubuh hosina sedikit bergetar, lalu dirinya sesegera mungkin membuang muka. ‘menakutkan ‘, pikirnya.

Tatapanya beralih kesegerombolan wanita yag tengah asyik mempercantik diri. Dan langsung dapat disimpulkan bahwa mereka semua ( termaksud seisi kelas ini ) anak nakal. ‘ Tunggu, apakah aku termaksud anak nakal?. Tapi bukankah aku baru saja masuk kesekolah ini?. Tapi… akh, aku tidak dapat memahami semua ini ! ini terlalu membingunkan bagiku ‘, pikir hosina sambil mencengkram kepalanya yang mulai terasa pusing. Entah mengapa pikirinya menjadi nyeleweng seperti ini.

Hei… pergi dari sini… menjauh dari kelas ini

Hosina menoleh, siapa itu?. Sepertinya dia mendengar sebuah suara yang menyuruhnya segera pergi. Tapi… tidak ada siapapun disekelilingnya. Lalu…, yang tadi itu apa?. Apakah dia hanya berimajinasi saja?. Hosina menggosok matanya pelan. Apakah dia mulai mengantuk dan lelah?. Tapi, itu tidak mungkin. Apalagi tadi malam dia sudah tidur teratur. Beberapa detik kemudian, dia mendapati satu – satunya orang yang menatapnya. Dengan tatapan tajam dan menakutkan. Orang itu lagi… si pria bermata merah darah…

Matanya semerah darah,
Seakan – akan meperingatkan bahwa kehidupanku akan -seburuk darah
Mengerikan

^w^ ^w^ ^w^

Angin sore yang berhembus kencang membuat langkah hosina semakin berat. Rambutnya yang tergerai panjang menari – nari diterpa angin. Sekali lagi dia menoleh kebelakang, menatap sekolahnya yang megah dan besar. Mengapa rasanya dia tidak menyukai sekolah ini?. Apa karena anak sekelasnya sama sekali tidak ingin bergaul denganya, atau karena hal lain. Entahlah… tapi yang pasti mau tak mau dia harus dapat menerima semua ini. Karena sudah terlanjur.

Namun karena melamun, tak disengaja dia menubruk seseorang hingga buku – buku tebal berjatuhan kemana – mana.
“ ahh… maaf… maafkan saya… “, paniknya dan langsung segera memunguti buku – buku yan berserakan ditanah.
“ tidak apa – apa “, jawab orang yang tengah berdiri dihadapnya. Orang itu… ‘ ah!, guru yang tadi pagi! ‘
“ sekali lagi maafkan saya pak!”, seru hosina sambil menyerahkan buku itu kemudian membunguk dalam.
“ hahaa… kapanpun saya melihatmu, kamu pasti selalu berkata ‘maaf’ ”, tawanya. Matanya yang terlihat sipit bertambah sipit. Bahkan mungkin tidak terlihat sama sekali. Tapi bibirnya yang melengkung membuat dia terkesan ramah dan menyenangkan.
“ sekali lagi saya minta maaf… ah, maaf !“, hosina menutup mulutnya. Ternyata benar, dia selalu melontarkan kata maaf.
“ lagipula jangan panggil saya ‘pak’, kerena saya hanya dua tahun diatas kamu”, katanya, jelas membuat hosina mengangkat kepalanya. Padahal selama ini dia berfikir bahwa orang ini bukanlah siswa, melainkan guru. Apalagi dia tidak memakai seragam sekolah seperti siswa yang lainya?.
“ apakah saya terlihat setua itu ya?”, tanyanya lagi saat menyadari ekspresi hosina yang tercengo – cengo.
“ ah, tidak kok. Maafkan saya… “ , katanya sambil membungkuk.
“ ah, maaf lagi-lagi… Aahh… “, hosina menutup mulutnya rapat, mengapa dia tidak pernah berherti mengucapkan kata maaf?. Padahal sepertinya dia tidak melakukan sesuatu yang dibilang salah?. Aneh…
“ hahaa…, ya sudahlah. Saya Tanaka kelas tiga satu. Bagaimana denganmu? “, tanyanya sambil menjulurkan tangan.
“ ahh… saya Hosina Mikoto…”, hosina menjawab uluran tangan
“ oke, mikoto. Salam kenal… dan… oh, sudah jam segini. Saya harus segera balik kesekolah. Selamat sore Mikoto, dan sampai jumpa… “, pamitnya dan langsung berlari memasuki gerbang sekolah setelah hosina mengangguk sopan.

Ternyata sekolah ini tak seburuk yang aku kira
Semoga ini awal dari pertanda baik dari hari – hariku
Aku harap

^w^ ^w^ ^w^

Hari ini adalah hari baru, pengalaman baru, kisah baru, dan bait baru. Tapi mengapa aku merasa bahwa kali ini akan menjadi seuatu yang berbeda dari yang biasanya?' hosina tak pernah lepas dari pikiran itu. Perasaan itu begitu kuat, seakan menjadi sebuah pertanda bahwa aka nada perubahan besar dari keidupanya. Tanganya dengan erat mendekap boneka Kucing berwarna putih berpita merah kesayanganya. Sesekali dielusnya boneka itu. Boneka itu adalah salah satu pemberian ibu sesaat sebelum dia menghembuskan nafas terakhirnya beberapa tahun yang lalu.

Entah ini bisa dibilang aneh atau tidak. Tetapi ibu hoina ditemukan tewas dalam keadaan kehilangan darah. Tapi yang membuat pertanyaan adalah, disekitar jasadnya hanya ada beberapa tetes darah dari hal yang semestinya. Dan ditubuhnya hanya ada bekas luka dibagian tangan, dan sebuah bekas seperti bekas gigitan dibagian leher. Apakah itu vampire? . haha, bagaimanapun itu tidak mungkin. Tapi, temannya mengatakan, ibunya ditemukan disalah satu ruang kelas saat sedang mengajar disuatu sekolah diluar negeri. Tapi hingga kini dimana tempat bagian itu masih belum jelas. Karena pada saat itu hosina masih berumur 6tahun dan ayahnya sidah tidak mau membicarakan kejadian itu lagi.

Hosina menutup matanya, mencoba untuk melupakan segala yang membuat dia jadi negative thinking. Tak lama kemudian dia sudah terlelap dalam tidurnya, masuk kedalam bait-bait mimpi tempat dimana rohnya berada. Menanti untuk membuka mata kembali esok hari dan berusaha untuk tersenyum lagi. Tapi ada satu hal yang tidak pernah dia sadari. Bahwa sepasang bola mata merah yang menatapnya beberapa saat yang lalu, adalah titik awal kehidupan yang akan segera datang menghampirinya…

gelap dan penuh dengan ketegangan

^w^ ^w^ ^w^

            --------------------- To Be Continued ----------------------------
                                            Hosina said , " I have a bad feeling, momy "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Fie Chan Here~

Fie Chan Here~
Fie always here (reading a manga), please contact me whenever wou want. keyy ? :D