Semburan debu pada wajahku langsung membuatku terbatuk – batuk. Sungguh, sulit sekali rasanya membuka pintu kecil yang ada dihadapanku ini. Pintu kecil bercat coklat yang sudah terkelupas, menyisakan warna coklat susu yang telah pudar, dipenuhi dengan debu dan bekas sarang laba – laba. Aku bersumpah wanita lainnya pasti akan merasa jijik untuk melihat bahkan menyentuhnya, tapi tidak bagiku dan teman – temanku, itulah kami. Siswi dari Agent Academy, siswi – siswi terpilih dari seluruh penjuru dunia. Kami Pintar?, tidak, bahkan mungkin kami jauh dari kata ‘Pintar’. Tapi otak logis kami yang tinggi membuat kami dapat masuk kedalam akademi ini. Akademi khusus untuk anak – anak cerdas dan bukan pintar. Murid – murid yang memiliki kemampuan tinggi untuk menciptakan sesuatu, bertarung pada musuh, dan berpegang teguh pada sebuah rahasia, bahkan lebih.
Dan mungkin umur kami rata – rata masih 16 tahun, tapi otak kami sepadan dengan para ahli teknologi dimuka bumi ini yang sudah berumur berpuluh – puluh tahun.
“ Sampai kapanpun kamu takkan bisa membukannya, Cell ”, bisik salah satu teman dibelakangku.
“ Diamlah Annie , aku tak mungkin gagal kali ini”, sahutku sambil terus mencoba membuka pintu kecil itu. Kalau kalian mau tah kenapa aku begitu berpikiran keras ingin membukanya, karena itu adalah salah satu pintu kuno yang dapat menjadi jalan tembus keluar dari akademi ini. Tidak ada yang tahu tentang pintu ini, hanya aku dan teman – temanku. Itupun karena kami menemukannya tak sengaja saat kabur dari pelajaran MTK, pelajaran yang sangat kubenci.
“ tak akan mungkin Cell ”, Annie menarik lenganku, membuatku mau tak mau menghadap kepadanya.
“ itu pasti pintu kuno yang sudah berabad – abad tidak terpakai, besinya pasti telah karat dan membuar satu sisi dan sisi lainnya menempel erat ”, jelasnya sambil mengibaskan sebagian poni yang jatuh menutupi matanya.
Annie Morgan , salah satu siswi yang memiliki kecerdasan cukup tinggi. Dia menjadi salah satu kebanggaan guru – guru disini. Matanya bulat dan bola matanya hijau pekat, bulu matanya lentik, berkulit putih, berbadan tinggi dan langsing, serta berambut panjang pirang dan berombak. Sungguh, aku bersumpah dia tak pernah memakai rias wajah apapun untuk membuatnya kelihatan secantik ini.
“ tapi kita harus mencobanya, atau siswi lain akan mengetahuinya diam – diam”, gerutuku sambil menatap matanya tajam.
“ Cellonia Sayang…”, Stevanie Perticia bergumam, dia adalah salah satu anak pemegang saham tertinggi di Itali. Kulinya Kecoklatan dan matanya sipit, membuat semua orang berpikir mungkin dia adalah gabungan dari orang Negro dan China. Tapi nyatanya dia benar – benar asli orang itali dan tidak ada keturunan apapun dibalik itu.
“ Kamu tak akan pernah bisa membukannya”, Stevanie terduduk dihadapanku membuat rambut hitamnya yang lurus dan lebat jatuh menutupi kedua pipinya.
“ Kecuali…”, lanjutnya sambil menatap kami satu persatu.
“ Kecuali kalau kita bisa membuat sebuah zat kimia yang bisa melelehkan karat besi, yang membuatnya melekat keras”.
“ Oh Stevanie, your Genius !”, seruku sambil memeluknya erat.
“ you always have a good idea, honey…”, pujiku lagi.
“ Oh come on, kamu terlalu memuji sayang”, katanya sambil tertawa pelan.
“ Dan, apakah sekarang kita bisa kembali kekamar dan menyiapkan pelajaran kita selanjutnya ?, aku yakin kalian tidak akan mau terlambat di pelajaran Periksa dan Teliti Mr. Robbert”, Annie membalikkan badannya dan melangkah keluar menuju saluran terowongan sempit yang menghubungkan tempat ini dengan kamarku.
“ Oh yeah, dan kita akan melanjutkan ini nanti malam”, kataku sambil bangkit dan mengikutinya dari belakang.
Aku menguncir kuda ramburku yang pirang dan lurus dengan sebuah jepitan mungil pemberian Mom waktu kecil. Oh, apakah aku sudah bilang bahwa aku sudah tidak memiliki orang tua lagi?. Yeah, Mom meninggal saat aku kecil dan Dad menyusulnya karena melindungiku dari kawanan bersenjata yang saat itu ingin mengambil salah satu hasil penelitian Dad yang bahkan sampai saat ini aku tak tahu apa itu. Dan kemudian aku dirawat oleh Paman dan Bibiku yang mana mereka adalah salah satu pendiri akademi ini.
“ oh ayolah, tanpa polesan bedak itu kau sudah terlihat cantik sayang”, ucap Annie saat aku tengah menepukkan beberapa tepukan bedak pada wajahku. Aku langsung menatapnya - seakan berkata apa kau menghina – dengan tatapan sedikit sinis.
“ atau kau ingin kuberi tahu bahwa pelajaran Mr. Robbert akan dimulai, tiga-menit-lagi”, dua detik setelah dia mengatakannya aku langsung bangkit dan mengambil bukuku.
“ Kau harus cepat atau kau akan tertinggal”, Annie tersenyum tipis sesaat , memberi aba – aba, lalu sedetik setelahnya dia sudah tidak ada dikamar itu.
Aku berdecak kecil lalu berlari mengikuti dengan kecepatan penuh. Melewati koridor panjang yang sepi, dan saat itu sudah tidak ada seorangpun disana. Aku bersumpah kalau aku bukanlah Agent Girl aku pasti sudah telat. Karena kami memiliki kecepatan berlari yang lebih tinggi dari manusia biasanya.
“ Kau hampit telat tiga detik Mrs Cellonia”, seorang lelaki berbadan tegap dan terlihat begitu tampan dan bijaksana berdiri didepan pintu ruangan yang begitu besar.
“ Yeah, Mr. Robbert…”, kataku sambil mengatur nafas.
“ dan itu terbilang hampir”, lanjutku. Mr. Robbert tersenyum kemudian mempersilahkanku masuk kedalam.
“ Baiklah , apakah aku boleh bilang bahwa kau hampir telat tiga detik Cell ?”, decak Stevanie dengan suara yang hampir tak terdengar manusia biasa. Namun kami, para pelajar khusus agen mata – mata pasti dapat mendengarnya.
“ yeah, hampir ”, gerutuku dan kemudian Mr. Robert masuk kedalam ruangan.
“ Baiklah Ladies, silahkan duduk” , katanya dan kemudian semua siswi telah duduk ditempatnya masing – masing.
“ Hari ini kita akan melakukan Open Lesson , kita akan memata – matai Sekelompok Penyeludup disekitar Pasar Malam disana” , Mr. Robbert menekan sebuah tombol merah disisi papan tulis dan kemudian papan tulis itu berubah menjadi layar dan menampilkan peta dimana merupakan arah jalan dari akademi ketempat yang dituju
– pasar malam– .
Aku tersenyum lebar mengetahui bahwa kami akan keluar dari akademi ini. Berarti aku dapat kesempatan untuk memata – matai sesuatu yang bukan objek mata – mata. Hehee, itulah aku, sedikit melenceng, tapi semua guru bangga karena kagum mengapa aku bisa terbebas dari awasan mereka yang ketat dan teliti. Yeah, dengan kata lain seperti itu.
“ But , Ladies ”, Mr. Robbert mengetuk – ngetuk papan tulis berlayar itu tiga kali. Meskipun tidak ada salah satu dari kami yang tidak menatapnya.
“ Kalian tidak sendiri melakukannya, Boy’s Agent akan bergabung dengan kalian untuk menyelesaikan misi ini ”, lanjutnya. Semua murid kemudian terpekik kecil dan membelalakan mata seolah tak percaya.
Boys Agent, salah satu bagian dari akademi ini. Namun kami dipisah begitu jauh agar kami tetap focus pada tugas kami masing - masing. Jika Girl’s Agent disini, mungkin Boy’s Agent terletak sekian kilometer dari sini. Kupikir.
“ Baiklah, Silahkan Keluar Gentelmans”, kata Mr. Robbert membuat kami berpikir. Tidakkah seharusnya yang dikatakan adalah ‘silahkan masuk’ dan bukan ‘silahkan keluar’. Dimana kita menyuruh seseorang masuk dari luar kedalam. Atau mungkin… Ah! Apa mungkin mereka sudah ada didalam sini sejak tadi !?. Pikirku sambil melemparkan pandangan kebelakang, namun tak ada siapa – siapa disana. Mungkin semua siswi sudah menyadarinya juga karena semuanya telah menghadap belakang sepertiku.
“ Ladies, apa yang kalian lihat ?. Biarkan mereka memperkenalkan diri dulu”, kata Mr. Robbert sedikit terkekeh dan ketika kami menghadap kedepan lagi, sekelompok pria seusia kami sudah berdiri tegak disekelilingnya. Apa ? Sejak kapan ?.
“ What the hell ~”, desisku pelan, sangat pelan, mungkin lebih pelan dari 0,5 oktaf.
“ No one hell in here Girl ”, kata seseorang yang membuatku tersentak. Bagaimana mungkin ? aku bahkan berbicara lebih pelan dari penangkapan suara pada indra pendengar yang dimiliki manusia.
Aku menatapnya kaget, dan orang itu menatapku juga. Laki – laki yang persis berdiri disamping Mr. Robbert. Laki – laki berwajah tegas dan berahang kuat. Garis matanya panjang dan lebat. Dan semua orang –maksudku para siswi girl agent academy- menatapku seakan mendengar percakapan tak disengaja kami. Ia memberikan seutas senyum padaku sebelum dia mengalihkan pandangan lagi.
“ okay, Ladies”, Mr. Robert melanjutkan pembicaraannya.
“ mungkin kalian sedikit penasaran mengapa kalian digabungkan dengan Boy’s Agent. Yah… kupikir kalian sudah mengerti seberapa resiko tinggi apabila seorang atau lebih tepatnya sekumpulan gadis melawan para pengedar tingkat tinggi. Jadi kupikir malam ini, tepatnya pada jam 9 malam. Kalian sudah berkumpul disini, dan saat itu kalian akan mengetahui kelompok kalian”, jelas Mr. Robbert.
“ oh, dan Mrs. Cellonia”, katanya tiba – tiba, dan saat itu aku bersumpah pasti semua siswa siswi disana mengarahkan pandangannya kepadaku.
“ kali ini jangan coba – coba melenceng dari tugas lagi”, Mr. Robbert kemudian tersenyum membuat para siswi berbalik kagum melihatnya.
“ Kecuali kalau kau ingin tahu apa penemuan terbaruku”.
“ apa – apaan itu”, desisku sambil mengaduk - aduk campuran asam kimia dan glukosa didalam tabung penelitian kecil. Tepatnya kami kini berada didalam Lab Kimia, tempat istirahat kami untuk – kau tahu – membuat penemuan yang kami rencanakan sebelumnya.
“ dia membuatku sangat malu”, gerutuku lagi.
“ Oh dear”, Annie memutar-mutar sekrup kecil pada sisi kiri tabung kimia lalu menatapku.
“ tapi kau tahukan, maksudku, seberapa tampannya dia ?”, lanjutnya.
“ Jangan katakana padaku, jangan”, sahutku lagi, kali ini menatapnya sinis. “ atau aku akan muntah”.
“ Yeah, aku tahu kau sangat membenci Robbert”, kali ini Stevanie angkat bicara.
“ meskipun aku tak tahu apa penyebabnya” , lanjutnya sambil serius mengutak – atik benda kecil yang bahkan aku tak tahu apa itu.
“ baiklah, kupikir kita harus menunngu besok pagi hingga bisa memakai cairan zat ini”,kataku sambil menutup tabung kecil itu, lalu menaruhnya dikantung rahasia dalam tas kecilku. Kau tahu?, kantung rahasia itu dalam arti bahwa kantung itu akan muncul apabila kita menekan tombol bergambar bunga dibagian depan tas, yang mungkin kita akan berfikir itu hanya mute – mute penghias biasa.
“ dan kupikir alat ini telah selesai juga”, tukas Stevanie sambil tersenyum bangga pada benda kecil yang sejak tadi ia pegang.
“ apa itu ? , penemuan baru ?”, Annie duduk disisi Stevanie.
“ Yep, ini Handy – Camera, biasanya kita pasang ini ditempat dimana seseorang tidak menyadarinya “, jelas Stevanie sambil mendekatkan benda kecil itu kekancing baju dan langsung terjadi gaya tarik menarik dari keduannya hingga mereka menempel erat.
“ dengan daya Magnet tentunya, tidak hanya dikancing, tapi kita juga bisa menempelkannya dibando, dianting, atau bisa juga…”
“ Kontak Lens ?”, tanyaku cepat. Dan dia tertawa.
“aku bahkan belum pernah memikirkannya, Cell-ku sayang “, katanya. “ dan apakah mungkin kau pernah tahu bagaimana rasanya ketika ada sesuatu yang menempel dimatamu, apalagi jika itu adalah alat kecil yang memiliki arus listrik didalamnya, huh?”, jelasnya membuatku sedikit mencibir. Yeah, walaupun sebenarnya omongannya itu ada benarnya juga sih.
Kami, para Girl Agent, memang tidak pintar dalam mata pelajaran pada khususnya. Namun kami pandai dibidang Sains. Maka dari itu kami sering menciptakan sesuatu yang bahkan penemu – penemu hebat diduniapun belum pernah memikirkannya. Contohnya seperti bando pink yang sering dipakai Annie. Siapa yang tahu kalau bando itu ternyara adalah sebuah MP3, dimana ternyata ada kabel super tipis yang meghubungkan kepanca indera pendengarannya dan bahkan aku sendiri tak tau kapan dia pernah menggunakannya. Disela – sela pelajaran MTK ? , disaat para guru atau senior sedang menerangkan sesuatu?, entahlah hanya Ia yang tahu. Oh, atau misalkan dengan dasi Mr. Robbert yang gosipnya bisa membuat dia tahu siapa saja orang yang tidak focus atau malas – malasan saat pelajarannya ?. Bahkan kau tidak akan bisa melemparkan kertas keteman sebangkumu meskipun Mr. Robbert sedang membelakangimu. Entah bagaimana caranya, belum ada satu dari kami yang bisa memecahkan apakah itu hanya Gosip atau Kenyataan.
“ Cell sayang, apakah kau tahu betapa tampannya dia ?”, kata Annie tiba – tiba membuatku memasang mimik seakan malas dan bosan.
“ Sudahlah annie, kau telah mengulang perkataan itu berkali – kali. Maksudku, aku tahu seberapa tampannya Mr. Robbert, tapi apa bisa kalau sekali – kali kau tidak…”,
“ Bukan Cellonia sayang, bukan Mr. Robbert. Maksudku, apa kau menyadari betapa tampannya dia, orang yang memperhatikanmu sejak tadi itu ?”, potong Annie dengan suara lebih halus, dan aku menoleh kearah pandangan matanya.
Baiklah, sudah cukup, lelaki itu lagi. Lelaki yang sudah membuatku malu – atau tepatnya sedikit malu– saat diruang Periksa dan Teliti Mr. Robbert beberapa saat yang lalu. Dan dia melihatku, oh tidak. Kumohon jangan bilang dia menaruh perhatian padaku. Karena hidupku yang sejak kecil tidak pernah bergaul dengan laki – laki selain Dad, Uncle, dan para guru lelaki lainnya (Mr. Robbert atau sebagainya), membuatku sedikit berpandangan miring terhadap laki – laki. Maksudku, semenarik apa lelaki itu ?. Padahal perempuan seperti kami bisa Jauh Lebih Pintar dari mereka. Tapi yang membuatku membencinya, karena dia membuatku malu. Meski sedikit, tapi membuatku sebal. Baiklah, kalian bisa anggap aku ini egois atau terlalu sensitive. Tapi ini juga merupakan salah satu alasan megapa aku begitu membenci Mr. Robbert, dengan kenyataan bahwa dia terlalu sering membuaku malu didepan teman – temanku. Meskipun mungkin itu juga merupakan kesalahanku. Yeah, aku tau itu.
“ baiklah, apa kita bisa keluar dari sini dan menyiapkan untuk Open Lesson nanti ?”, kataku segera dengan suara sepelan mungkin meskipun aku tau orang itu pasti mendengarnya.
“ sekarang ?, kenapa kau tidak menegurnya atau mungkin menyapanya sebelum…”,
“ baiklah Annie-ku sayang, kau bisa menegurnya jika kau mau. Tapi bisakah kau lihat bahwa 1jam lagi Mr. Robbert akan menghukum kita bila kita terlambat ?”, celetukku sambil bangkit, berbalik, dan berjalan kearah pintu keluar.
“ kalau begitu aku duluan”, kataku dengan maksud pamit. Namun selanjutnya aku tahu bahwa kedua temanku itu juga telah bangkit dan mengikutiku dari belakang. Meskipun tidak ada suara sedikitpun dari langkah maupun bibir mereka.
“ oh Annie, kita sekelompok !”, kataku sambil memasang mini phone communication ditelingaku. Lalu jam penunjuk arah ditanganku.
“ oh ya ? tau dari mana ?”, Annie mengangkat sebelah alis matanya.
“ naluri instingku ?”, aku tertawa kecil “aku serius”.
“ Yeah, mungkin saja instingmu ada benarnya juga”, katanya sambil memasang mini phone communication miliknya.
“ ahaha… lalu apakah instingmu mengatakan kalau aku juga akan sekelompok dengan kalian, Cell sayang ? ”, katanya membuatku menggeleng.
“ entahlah”, kataku lalu memakai sweater putih kesayanganku. Kau tau bagaimana dinginnya malam ini ?. Apalagi kurasa tadi baru saja hujan.
“ yasudah, ayo cepat kita kumpul”,lanjutku lalu berjalan keluar kamar.
“ apakah itu penemuan barumu ?”, Annie berjalan disampingku lalu menatap jam hitam bermodel unik – belum pernah ada – ditanganku.
“ huh ?, yeah… ini sebenarnya bukan jam biasa, tapi jam yang bisa menunjukkan arah tujuan kita, lihat”, kataku lalu memencet tombol dibagian kiri jam. Dan yang terjadi selanjutnya adalah, layar jam itu berganti gambar sebuah peta. Letak kami ditunjukkan dengan warna biru, dan tujuan kami warna kuning. Yeah, ruangan terdepan asrama tentunya.
“ wow, kapan – kapan aku akan meminjamnya”, gumam Annie.
“ silahkan sayang, asal kau tak merusaknya”, aku tersenyum kecil lalu masuk kepintu yang tepatnya adalah pintu keluar menuju ruang depan asrama. Dan disana sudah berkumpul banyak orang, namun kali ini berbeda. Biasanya hanya ada wanita dan Wanita. Namun sekarang menjadi Wanita dan Pria. Yeah, Boy Agent ada disini.
“ pasti Open Lesson kali ini akan seru !”, kata Stevanie setengah menjerit. Namun aku tak mempedulikannya, sama sekali tak mempedulikannya.
“ Baiklah, kali ini instingku mengatakan kita semua sekelompok ”, kataku lagi, dan kali ini insting mereka mengatakan demikian juga.
“ Insting yang tajam Mrs. Cellonia”, Mr. Robbert mendekati kami.
“ dan insting yang tepat juga”, dia tersenyum kecil, dan kami menjerit senang karena ternyata kami benar – benar sekelompok. Ini berarti kami bisa melenceng lebih mudah, maksudku bermain – main sebentar sebelum menjalankan tugas. Tapi deheman Mr. Robbert menghentikan segalanya.
“ tapi sayangnya instingmu tidak mengatakan siapa orang lain yang bergabung dengan kalian Mrs. Cellonia”, katanya kemudian.
“ maksudku apakah kalian mengetahui bahwa aku tidak akan membiarkan kalian mengulang kejadian – kejadian sebelumnya. Kabur dari tugas. Dan aku sudah mengantisipasinya”, Mr. Robbert tersenyum, kali ini senyum kemenangan.
“ kalian akan bersama Ron Vinabort ketua Boys Agent dan Steven Lilyard, wakilnya”, katanya dan selanjutnya dua orang laki – laki berdiri sudah disampingnya. Entah muncul darimana.
“ oh tidak”, gumamku pelan melihat dia, maksudku laki – laki itu. Laki – laki yang bisa mendengar kelukan 0,5 oktafku, dan laki – laki yang menatapku di Laboratorium.
Ron Vinabort, kupikir itu namanya. Menggenakan jaket hitam bergambar api, celana jins ketat, kaos berwarna putih pucat, dan memakai headphone ditelingannya. Dan selanjutnya kupikir itu adalah alat komunikasi pendengaran saat melihat lelaki satunya lagi juga memakai headphone yang sama. Steven Liyard, Mukanya sangat manis, kalau saja rambutnya panjang pasti kupikir ia seorang perempuan. Lelaki itu memakai sweater coklat dan celana panjang, rambutnya ikal dan pirang kecoklatan. Sebuah senyum dibibirnya membuatnya terlihat semakin manis.
“ Hai ladies”, sapa mereka bersamaan. “mohon kerjasamanya”.
Aku cemberut kecil lalu membuang muka. Sial, aku akan benar – benar membenci Mr. Robbert setelah ini. Pikirku dan tanpa aba – aba masuk kesebuah mobil yang menurut instingku lagi, ini adalah mobil yang akan kunaikkan, maksudku kelompokku tepatnya.
“ Cell, kau sangat menyebalkan”, Annie masuk kedalam mobil menyusulku. Dan tanpa aba – aba juga.
“ kau membuatku tak bisa berkenalan dengannya”, katanya lagi sambil melirik keluar jendela mobil. “ sial, ternyata Stevanie mendahuluiku ”, desisnya.
“ kalau kau memang berfikir seperti itu kenapa kau tidak keluar sana dan berkenalan dengan mereka ?”, sindirku secara halus lalu melirik sinis kearah Ron diluar sana.
“ dan membuatku seakan cewek murahan yang sudah masuk kedalam keluar lagi hanya untuk berkenalan ?”, cetusnya. “ terimakasih tapi tidak !”.
Aku tertawa “ ternyata kau punya gengsi yang tinggi Mrs. Annie”.
“ yeah, sepertimu ”, Annie duduk disampingku, lalu kemudian Stevanie masuk kedalam, dan duduk disampingnya.
“ Pangeran Tertampan dan Pangeran Terimut didunia”, gumamnya sambil tersenyum – senyum dan melihat kedua subjeknya yang sedang menuju kedalam mobil lalu tak lama kemudian masuk.
“ Hi Girls”, sapa mereka dan aku hanya tersenyum tipis. Merekapun duduk dihadapan kami, dan Ron tepat duduk dihadapanku. Sial.
“ Well, apa kita bisa jalan sekarang ?”, kataku sambil melihat sinis kearah pengemudi yang baru masuk, dan orang itu menatapku sinis juga lalu berkata, “baik”.
Diperjalanan ada beberapa hal yang kupikirkan, salah satunya dan yang terpenting adalah bagaimana caranya agar aku bisa bermain – main sebentar sebelum menyelesaikan tugas ini. Tapi Mr. Robbert kali ini tidak semudah itu, kupikir. Apalagi dengan adanya dua cowok ini, sial.
“ jadi apa kita perlu berkenalan sebelumnya ?”, Steven akhirnya angkat bicara.
“ Yeah, tentu saja ”, kata Annie sesegera mungkin, dan aku menghela nafas pendek.
“ Annie”, Annie mengulurkan tangannya dan kemudian dibalas dengan jabatan tangan Steven ,“ Steven”.
“ dan kau ?”, Steven mengulurkan tangannya padaku.
“ Cell, Cellonia Watson”, aku membalas jabatannya dan berusaha tersenyum.
“ ahaha, Cellonia Watson, catatan tentangmu sangat banyak dibuku agenda Mr. Robbert”, tiba – tiba Ron tertawa, dan aku langsung menatapnya sinis.
“ tapi kau membuatku cukup tertarik, nyonya”, dia mengulurkan tangannya, “Ron”.
Dan aku hampir saja tidak menjawab juluran tangannya kalau saja Annie tidak menyenggol sikuku dan meliriku seakan berkata ‘apa kau gila?’. Oh Annie, kalau kau bukan sahabat terbaikku tak mungkin aku mau menurutimu untuk menjabat tangannya.
“ Cell”, kataku, tapi kali ini aku tidak berusaha tersenyum dan segera melepaskan tangannya dan mengambil alih pembicaraan.
“ Baiklah, dan kupikir temanku Annie ini sejak tadi ingin sekali berkenalan denganmu Ron”, kataku cepat dan merasakan siku Annie menyenggolku lagi, kali ini lebih keras dan aku sama sekali tidak peduli.
“ Ron ”, lelaki itu mengulurkan tangannya pada Annie dan Annie membalasnya dengan gembira “Annie”.
Baiklah, ini sudah cukup membuatku muak. Aku langsung kembali menatap keluar jendela, dan sedetik berikutnya sebuah suara terdengar di mini phone communication yang menempel ditelingaku. Suara Mr. Robbert.
“ Mrs. Cellonia , sebutkan ciri – cirri orang yang sedang duduk dibangku jalan beberapa meter sesudah mobilmu melewatinya”. Oh my god, matilah aku. Aku tak sempat melihatnya karena berkenalan tadi. Sial, seharusnya aku mengingat perkataan Mr. Robbert dikelas beberapa hari yang lalu. ‘ Jangan lepas perhatianmu pada apapun yang ada di sekitarmu biarpun itu hanya sedetik, maka kau akan melewatkan segalanya’. Baiklah Cell, jangan panik, gunakan nalurimu, semoga saja kali ini benar seperti sebelumnya.
Aku memejamkan mata, berkonsentrasi penuh pada naluriku, bayangan dalam pikiranku, dan keberuntunganku. Terlihat !
“ laki – laki berusia antara 40 sampai 46 tahun, kupikir 43 tahun. Menggenakan topi berwarna putih, kacamata hitam, jaket tebal berwarna biru, sambil memegang sebuah tas ransel berwarna hitam. Dan kumis tipis diatas bibirnya”, kataku lalu membuka mata dan rasa cemas seketika langsung berhamburan menggelitiku. Semoga keberuntunganku ada saat ini.
“ yeah, tepat”, aku langsung tersenyum lebar. Yeah!, instingku benar !. Thanks God !.
“ Dan apakah hanya itu yang ada dipikiranmu Mrs. Cellonia ?”, selanjutnya suara itu membuatku berpikir sebentar dan kemudian membelalakan mata, lalu menoleh kebelakang, berharap mobil kami belum terlalu jauh dari objek yang tadi kusebutkan. Astaga, aku benar – benar idiot !.
“ baiklah Mrs. Cellonia, lakukan yang semestinya ”, kata Mr. Robbert lalu hubungan kami terputus.
Aku langsung segera memakai ranselku erat – erat.
“ Berhenti disini !”, kataku dengan nada tinggi lalu mobil berhenti sebagaimana semestinya. Aku langsung membuka pintu.
“ Apa objek sudah ditemukan Cell ?”, Annie langsung bersiap dengan ranselnya.
“ yeah, objek dengan ciri – cirri yang tadi kusebutkan”, aku lalu turun dari mobil, diikuti semua orang yang ada didalamnya. Lalu aku menekan tombol pada jam penunjuk arah ditanganku. Layarnya langsung berubah dari bergambar jam, menjadi gambar peta kecil dimana letak kami berada dan sebuah titik kuning sebagai objek kami, aku membaca tulisannya keras – keras sambil berbalik dan mulai berlari. “objek ada 200meter didepan”, kataku.